KANKER SERVIKS
Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut wanita usia subur tetapi mencakup setiap tahap perkembangan wanita mulai dari kanak-kanak, remaja, dewasa sampai dengan lanjut usia. Salah satu masalah kesehatan reproduksi saat ini yang paling tinggi prevalensinya adalah kanker serviks. Banyak wanita yang tidak memahami tentang resiko dan penyebab dari kanker serviks sehingga hampir rata-rata wanita yang terkena datang ke pelayanan kesehatan dengan kondisi stadium lanjut. Sebenarnya kanker serviks dapat diketahui sejak dini dengan beberapa pemeriksaan awal untuk mendeteksinya seperti Inspeculo visual asetat (IVA) dan Pap smear sehingga yang hal tersebut dapat menugurangi terjadi kanker serviks stadium lanjut.
Kanker serviks terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel- sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker (Ramli, dkk 2002 )
Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut Prayetni, (2007), beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain yaitu:
1. HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99% jenis kanker serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.
2. Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher rahim.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun, selain itu sperma yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi dengan DNA sel leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan neoplasia sel leher rahim.
4. Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
5. Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan meningkatkan insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks) meskipun tidak langsung. Diduga mempercepat perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian pil KB lebih dari 6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks. Penjelasan yang rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga meningkatkan atipia pada wanita, menurunkan kadar asam folat darah sehingga terjadi perubahan megaloblastik sel epitel leher rahim dan dapat meningkatkan efek ekspresi onkoprotein virus.
6. Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-laki yang tidak disirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks karena hygiene penis tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-kumpulan smegma.
Upaya pencegahan yang paling utama adalah menghindarkan diri dari faktor risiko seperti:
1. Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit infeksi menular seksual
2. Menghindari merokok, kandungan nikotin dalam rokok pun dapat mengakibatkan Kanker serviks
3. Menghindari mencuci vagina dengan anti septik tidak dilakukan secara rutin, kecuali bila ada indikasi infeksi yang membutuhkan pencucian dengan antiseptik.
Obat tersebut dapat membunuh kuman, termasuk kuman bacillus doderlain di vagina yang mempertahankan pH vagina
4. Jangan pernah menaburi talk pada vagina yang terasa gatal atau kemerahan, dikhawatirkan serbuk talk tersebut akan terserap masuk ke dalam vagina dan lama kelamaan berkumpul kemudian mengendap menjadi benda asing yang bisa berubah menjadi sel kanker
5. Diet rendah lemak. Diketahui bahwa timbulnya kanker berkaitan erat dengan pola makan, lemak memproduksi hormon estrogen, dan endometrium yang sering bersinggungan dengan hormon estrogen mudah berubah menjadi kanker
6. Memenuhi kecukupan gizi tubuh terutama betakaroten, vitamin C, dan asam folat. Ketiga zat ini dapat memperbaiki dan memperkuat mukosa kanker serviks. Oleh karena itu, rajinlah mengkonsumsi wortel, buah-buahan yang mengandung vitamin C dan makanan hasil laut,
7. Hubungan seks terlalu dini, idealnya hubungan seks dilakukan setelah perempuan benar-benar matang. Ukuran pematangan bukan hanya dilihat dari datangnya menstruasi, tetapi juga bergantung pada pematangan sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Sel-sel mukosa akan matang setelah perempuan berusia 20 tahun ke atas, maka hendaknya perempuan yang berumur di bawah 16 tahun tidak melakukan hubungan seks, meskipun sudah menikah
8. Menghindari berganti-ganti pasangan karena berisiko kemungkinan tertularnya penyakit kelamin semakin besar
9. Penggunaan estrogen, risiko terkena kanker serviks juga dialami oleh perempuan yang terlambat menopause. Sebab rangsangan terhadap endometrium lebih lama, sehingga endometrium sering terkena estrogen dan kemungkinan munculnya kanker Rahim
10. Sosial Ekonomi, masalah Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah, hal ini karena faktor sosial ekonomi ada kaitannya dengan gizi dan imun tubuh (Yatim. F, 2005).
Sumber: Idea Nursing Journal: Darmawati. KANKER SERVIKS WANITA USIA SUBUR.Vol. I No.1